Cut Costing : Pentingnya Strategi, Risiko yang
Ditimbulkan Pengertian
Cut Costing Cut Costing mengacu pada
langkah-langkah yang diterapkan oleh perusahaan untuk mengurangi pengeluaran
dan meningkatkan profitabilitas. Langkah-langkah Cut Costing biasanya
diterapkan pada saat perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau selama krisis
ekonomi. Kebijakan ini juga dapat diberlakukan jika manajemen perusahaan
memperkirakan akan ada masalah profitabilitas di masa depan, sehingga Cut
Costing dapat menjadi bagian dari strategi bisnis. Memahami
Cut Costing Pemegang saham yang
mencari keuntungan moneter maksimum atas investasi mereka di suatu perusahaan
mengharapkan bahwa manajemen akan mempertahankan pertumbuhan
laba. Ketika siklus bisnis sedang
naik daun, perusahaan umumnya mampu menghasilkan pertumbuhan laba. Namun,
jika terjadi penurunan, laba bisa turun dan jika laba tetap turun dalam jangka
waktu lama, manajemen akan merasakan tekanan dari pemegang saham untuk
memangkas biaya dalam upaya menopang laba. Langkah-langkah Cut Costing
mungkin termasuk memberhentikan karyawan, mengurangi gaji karyawan, menutup
fasilitas, merampingkan rantai pasokan, mengurangi ukuran kantor menjadi lebih
kecil, atau pindah ke gedung atau area yang lebih murah, mengurangi atau
menghilangkan layanan profesional dari luar, seperti biro iklan dan kontraktor.,
dll. Penerapan teknologi baru juga
dapat dilihat sebagai metode Cut Costing. Misalnya, sebuah mesin baru
dapat menggantikan sejumlah karyawan tertentu, sehingga mengurangi biaya tenaga
kerja, dimana biaya mesin tersebut
dibayar setelah jangka waktu tertentu tidak menimbulkan biaya tenaga kerja. Strategi
Cut Costing Saat memulai Cut Costing, penting
untuk menerapkan strategi sebelum memotong biaya secara
sewenang-wenang. Beberapa biaya memang diperlukan, jadi penting untuk
mengklasifikasikan biaya menjadi biaya baik, biaya buruk, dan biaya terbaik. Biaya yang baik fokus pada
pertumbuhan perusahaan dan selaras dengan pelanggan perusahaan serta bagaimana
memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut. Biaya buruk adalah biaya yang tidak
sesuai dengan strategi pertumbuhan perusahaan, dan menyia-nyiakan sumber
daya. Ketika biaya-biaya buruk dipangkas, mereka dapat membebaskan sumber
daya yang dapat digunakan dalam kapasitas yang lebih produktif. Biaya
terbaik adalah biaya yang terkait dengan keunikan suatu perusahaan, cara
perusahaan membedakan dirinya dari pesaing, dan cara perusahaan memberikan
nilai sebenarnya kepada pelanggannya. Ketika perusahaan dapat
mengalokasikan biayanya ke dalam salah satu klasifikasi di atas, maka akan
lebih mudah untuk fokus pada pengurangan biaya buruk dan memaksimalkan biaya
terbaik. Penting juga untuk dicatat bahwa Cut
Costing tidak berarti memotong biaya sepenuhnya. Ini juga bisa merujuk
pada optimasi dan efisiensi. Mengoptimalkan produktivitas sebenarnya
mengurangi biaya, jadi penting untuk mengukur produktivitas. Saat ini
terdapat aplikasi yang memungkinkan perusahaan memantau produktivitas karyawan
serta waktu yang dihabiskan untuk berbagai pekerjaan dan proyek. Risiko
Cut Costing yang Terlalu Banyak Karena gaji dan upah merupakan
pengeluaran yang besar, banyak perusahaan yang melakukan PHK terlebih
dahulu sebagai langkah Cut Costing ketika masa sulit. Namun, ada banyak
kerugian nyata atau potensial yang terkait dengan pemecatan, termasuk uang pesangon ,
tunjangan pengangguran ,
biaya perekrutan kembali, tuntutan hukum pemutusan hubungan kerja yang salah,
penurunan semangat kerja, dan risiko sisa karyawan yang bekerja terlalu keras.
Selain itu, jika bisnis
berkembang lebih cepat dari perkiraan manajemen, perusahaan dapat mengalami
kekurangan tenaga kerja, sehingga menempatkan perusahaan pada posisi yang tidak
menguntungkan dalam persaingan dalam lingkungan bisnis yang
membaik. Selain itu, jika pabrik ditutup karena Cut Costing baru-baru ini,
perusahaan mungkin tidak memiliki kapasitas produksi yang cukup untuk merespons
peningkatan pesanan yang tiba-tiba. Semua ini menjadi faktor dalam
memastikan perusahaan memiliki strategi Cut Costing yang baik dan dapat
disesuaikan. |